Proses Mendengar


PENDENGARAN merupakan respon terhadap vibrasi mekanik. Dalam kehidupan PROSES MENDENGAR merupakan suatu peristiwa yang penting. Bahkan untuk dapat bersosialisasi dengan masyarakat, manusia lebih mengutamakan pendengaran daripada penglihatan. mendengar juga digunakan untuk menganalisis kejadian yang ada di sekitar termasuk melindungi kita dari bahaya. 
PROSES MENDENGAR juga dapat mempengaruhi emosi seseorang.
Misalnya jika kita mendengar irama lagu yang menenangkan, atau saat merasa terganggu akibat suara bising mesin.
Agar PENDENGARAN dapat terjadi makan dibutuhkan sumber bunyi, media rambat, dan alat pendengar. Manusia memiliki alat pendengaran berupa telinga, suatu alat yang mampu menangkap getaran suara dari lingkungan dan mengubahnya menjadi impuls pada sistem syaraf sehingga memberi sensasi mendengar pada pusat pendengaran di otak. Dengan demikian, kegiatan mendengar sebenarnya dilakukan oleh otak sedangkan telinga berfungsi sebagai alat pendengaran.
Lalu bagaimana kita bisa mendengar? 
Sumber bunyi seperti petikan dawai, televisi, radio atau suara manusia akan menyebabkan getaran perkusi di udara. Getaran tersebut akan merambat sampai ke telinga bagian luar yang terdiri dari daun telinga,  lubang telinga, dan gendang telinga (membran timpani). Daun telinga pada manusia dan mamalia digunakan untuk memfokuskan atau mengarahkan getaran menuju gendang telinga. Pada kelinci daun telinga cukup lebar dan mampu melindungi gendang telinga dari bunyi yang terlalu keras dan merusak. Saat getaran udara itu mengenai gendang telinga, maka akan menyebabkan gendang telinga bergetar dengan gerakan maju mundur seperti piston. Gendang telinga mampu menguatkan getaran dari sumber bunyi asal. Walaupun demikian, tidak semua sumber bunyi mampu menggetarkan gendang telinga. Kisaran bunyi yang dapat didengar sekitar 20 – 20.000 Hz yang lebih dikenal dengan audiosonik.

Getaran kemudian diteruskan secara mekanik melalui tulang- tulang PENDENGARAN. Terdiri dari tulang martil (maleus), landasan (incus) dan sanggurdi (stapes). Terdapat sendi khusus pada tulang ini sehingga getaran dapat dengan baik diteruskan dan memisahkan dari getaran lain yang dihasilkan tulang-tulang kepala. Pada akhirnya getaran diteruskan melalui tingkap oval dan masuk pada telinga bagian dalam yang terdiri dari rumah siput (koklea) dan tiga saluran setengah lingkaran.
Pada telinga bagian dalam, getaran mekanik tulang pendengaran akan menggetarkan cairan yang ada pada koklea. Ada tiga bagian ruang dalam koklea yaitu saluran vestibular, saluran timpani, dan saluran koklea (media). Saluran vestibular dan saluran timpani berisi cairan perilimfa sedangkan sluran media berisi cairan endolimfa. Kedua macam saluran ini berbeda secara kelistrikan. Saluran koklea ini yang berperan dalam proses PENDENGARAN. Koklea merupakan saluran melingkar seperti rumah siput, pada ujung koklea ini terdapat rambut syaraf yang berhubungan dengan sistem saraf pendengaran (auditori) di otak. Getaran yang diteruskan sampai pada ujung koklea ini menyebabkan timbulnya potensial aksi dan menrambatnya impuls menuju otak. Pusat pendengaran pada akhirnya menterjemahkan impuls tersebut menjadi sensasi pendengaran. 
Saluran timpani berhubungan dengan tingkap bulat. Tiga saluran setengah lingkarang berfungsi dalam sistem keseimbangan tubuh. Ada pula saluran eustasius yang menghubungkan telinga bagian tengah dengan rongga mulut. Hal ini bertujuan untuk menjaga tekanan antara lingkungan luar dengan lingkungan di dalam telinga. Apabila tekanan dalam telinga lebih tinggi dari tekanan di luar tubuh maka akan menyebabkan telinga sakit dan berdengung. gejala ini dapat dihentikan dengan membuka saluran eustasius, caranya adalah dengan menguap, atau menelan ludah.
Sumber : Eugene Eckerman, Biofisika


Call Us : 021 -  883 59282
or SMS : 0857 810 22 571

Tidak ada komentar:

Posting Komentar