Pendengaran Anak



Dalam tahun-tahun pertama kehidupan anak, pendengaran adalah bagian terpenting dari perkembangan social dan emosi anak. Gangguan pendengaran akan sangat mempengaruhi kemampuan anak untuk berbicara dan memahami bahasa, ini akan menghambat anak untuk dapat berbicara.


Masalah pendengaran dapat diatasi  jika terdeteksi semenjak dini, idealnya pada saat bayi berusia 3 bulan sudah harus diketahui apakah bayi tersebut mengalami gangguan pendengaran atau tidak. Oleh karena itu pemeriksaan penyaring (skrining) dan intervensi dini gangguan pendengaran pada anak sangatlah penting. Secara sederhana pendengaran anak dapat kita tes agar dapat diketahui apakah gangguan pendengaran atau tidak dengan melihat respons anak bila dibunyikan suara, jika tidak respons maka anak tersebut terindikasi gangguan pendengaran.


Penyebab Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah kelainan bawaan (kelainan sejak lahir, kongenital) yang umum terjadi, Data terkini menyebutkan bahwa di Amerika Serikat , antara 3 - 6 bayi dari 1000 kelahiran di deteksi menderita ketunarunguan (Judith A. Marlow, 1999).  Tidak jauh berbeda di Australia, dikemukakan angka 1-3 per 1000 kelahiran (South Australian Working Party For Universal Neonatal Hearing Screening dalam Australian Journal of Education of Deaf, Vol 5; 1999).. Sejumlah faktor dapat berperan pada gangguan pendengaran dan pada setengahnya tidak ditemukan penyebabnya.

Gangguan pendengaran dapat terjadi jika seorang anak :

Lahir prematur

Menjalani perawatan di unit perawatan intensif bayi baru lahir (Neonatal Intensive Care Unit; ICU)

Hiperbilirubinemia (bilirubin tinggi) dan memerlukan transfusi darah

Mendapatkan obat-obatan yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran

Memiliki riwayat gangguan pendengaran di keluarga

Ibu mengalami komplikasi pada persalinan

Infeksi telinga berulang; infeksi seperti meningitis atau sitomegalovirus

Terpapar suara sangat keras walaupun dalam durasi singkat

Kapan pendengaran perlu dievaluasi? 

Sebagian anak-anak yang lahir dengan gangguan pendengaran dapat didiagnosis dengan pemeriksaan pendengaran. Tetapi pada beberapa kasus gangguan pendengaran yang disebabkan infeksi, trauma, suara keras, gangguan tersebut belum muncul sampai pada masa kanak-kanak. Karena itu penting mengevaluasi anak secara teratur selama proses tumbuh kembangnya.

Di Amerika Serikat, bayi baru lahir menjalani pemeriksaan pendengaran (skrining) sebelum pulang dari rumah sakit. Jika bayi Anda belum menjalani pemeriksaan pendengaran disarankan untuk menjalani pemeriksaan dalam waktu 3 minggu pertama (pemeriksaan tersebut dilakukan di negara maju).

Jika bayi Anda tidak lolos tes pendengaran maka itu tidak berarti bayi Anda mengalami gangguan pendengaran. Bisa karena kotoran atau cairan di telinga yang mempengaruhi pendengaran sehingga diperlukan tes ulang untuk memastikan diagnosis.

Jika bayi Anda tidak lolos tes pendengaran pertama maka penting sekali untuk mengulang tes pendengaran dalam waktu 3 bulan dalam rangka tatalaksana secepatnya. Tata laksana untuk gangguan pendengaran sangat efektif jika dimulai saat anak usia 6 bulan.

Anak-anak yang memiliki pendengaran normal sebaiknya tetap melakukan evaluasi pendengaran pada kunjungan teratur dokter. Tes pendengaran umumnya dilakukan pada usia 4, 5, 6, 8, 10, 12, 15, dan 18 bulan, dan kapanpun bila ada kecurigaan.

Jika anak Anda mengalami kesulitan mendengar, gangguan perkembangan bicara, atau jika bicara anak sulit dimengerti maka diskusikan dengan dokter anak Anda.

Gejala gangguan pendengaran 

Jika bayi Anda lolos tes pendengaran maka tetap observasi tanda-tanda pendengaran normal.



Beberapa tanda pencapaian pendengaran pada bayi sampai usia 1 tahun :

Sebagian besar bayi baru lahir kaget saat ada suara keras

Saat berusia 3 bulan, bayi mengenali suara orang tuanya.

Saat berusia 6 bulan, bayi mengarahkan mata atau kepala ke arah sumber bunyi.

Saat berusia 12 bulan, anak dapat menirukan suara dan berbicara, seperti “mama” atau “da-da”

Saat bayi Anda bertumbuh menjadi batita (bayi tiga tahun) maka tanda kehilangan pendengaran meliputi :

Kata-kata yang sedikit, terbatas atau tidak sama sekali

Seringkali tidak perhatian

Kesulitan belajar

Seringkali memperbesar volume di TV

Sulit untuk menanggapi kata-kata percakapan atau menjawab kata-kata dengan tepat

Tipe gangguan pendengaran 

Gangguan pendengaran atau tuli dikelompokkan menjadi 3 tipe yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural dan tuli campur.

Tuli konduktif disebabkan oleh gangguan dalam penghantaran suara ke telinga bagian dalam. Bayi dan anak kecil seringkali mengalami tuli konduktif karena infeksi telinga. Tuli ini umumnya ringan, sementara dan dapat diobati dengan obat atau pembedahan.

Tuli sensorineural meliputi gangguan pembentukan, disfungsi (gangguan fungsi), atau kerusakan telinga bagian dalam (cochlea-rumah siput) dan masalah pada kortex auditorium di otak (jarang). Jenis paling umum adalah tuli koklea dan ini dapat melibatkan bagian khusus koklea (sel rambut dalam atau sel rambut luar atau keduanya). Hal ini umumnya terdapat sejak lahir. Dapat diwariskan atau disebabkan masalah kesehatan, tetapi kadangkala penyebab tidak diketahui. Tipe tuli ini adalah permanen.

Derajat tuli sensorineural dapat ringan, sedang, berat atau sangat berat. Kadangkala kehilangan pendengaran berlangsung progresif (pendengaran memburuk secara bertahap) dan kadangkala satu telinga.

Karena kehilangan pendengaran dapat berlangsung progresif maka tes pendengaran sebaiknya dilakukan berulang. Tuli sensorineural umumnya tidak dapat pulih kembali baik dengan pengobatan atau bedah, tetapi anak dengan tuli sensorineural seringkali dapat dibantu dengan alat bantu dengar.

Tuli campuran terjadi bila tuli konduktif dan sensorineural terjadi bersamaan.

Kehilangan pendengaran di otak dapat muncul seperti kesulitan mencerna kata-kata dan informasi suara lainnya. Hal ini merupakan gangguan pengolahan auditorik dan dapat salah diagnosis sebagai gangguan perilaku.



Cara tes pendengaran 

Beberapa metode dapat dilakukan untuk menilai pendengaran anak, tergantung usia anak, perkembangan atau kesehatan anak.

Tes perilaku meliputi respon perilaku anak kepada suara seperti kata-kata yang dikalibrasi dan nada murni. Nada murni adalah frekuensi tertentu dari suara. Kadangkala sinyal kalibrasi lain turut digunakan untuk mendapat informasi frekuensi.

Respon perilaku dapat berupa pergerakan mata bayi, kepala yang menoleh, meletakan perlengkapan permainan pada anak pra-sekolah, atau mengangkat tangan pada anak yang sudah sekolah. Respon suara dapat berupa identifikasi gambar dari sebuah kata atau mengulang kata pada tingkatan yang lembut. Anak kecil juga dapat menjalani beberapa tes perilaku.

Tes fisiologis 

Tes fisiologis dapat menilai fungsi pendengaran. Tes ini dilakukan pada anak yang tidak dapat dilakukan tes perilaku (umur terlalu kecil, keterlambatan perkembangan, atau kondisi medis lainnya) dan kadangkala dapat menolong dalam menemukan dimana gangguan dalam sistem pendengaran.

Tes Auditory brainstem response (ABR) 

Untuk tes ini, earphones dipasang di telinga dan elektroda (seperti stiker) diletakan di belakang telinga dan di dahi. Lalu suara “klik” dibunyikan melalui earphone, dan elektroda mengukur respon saraf pendengaran terhadap suara yang diberikan. Komputer merekam respon saraf pendengaran dan menampilkan dalam bentuk gelombang. Seorang bayi dapat tidur atau ditidurkan (dengan obat penenang) untuk menjalani tes ini. Anak yang lebih tua dan dapat bekerja sama dapat dites dalam keadaan tenang.

Karena terdapat karakteristik gelombang untuk pendengaran yang normal dalam rentangan suara, hasil ABR yang normal dapat memperkirakan apakah pendengaran bayi berada dalam rentang normal. ABR yang tidak normal dapat disebabkan tuli, tetapi dapat juga karena masalah kesehatan atau kesulitan dalam  pengukuran.

Tes Auditory steady state response (ASSR)

Seorang bayi harus tidur atau ditidurkan untuk tes ASSR. Tes ini dilakukan bersama dengan ABR untuk menilai pendengaran. Suara ditransmisikan melalui telinga dan komputer menilai respon otak terhadap bunyi dan secara otomatis menentukan tingkat pendengaran. Tes ini masih dalam tahap pengembangan.

Tes Otoacoustic emissions (OAE) 

Tes ini dilakukan pada keadaan bayi tertidur atau anak yang dapat duduk dengan tenang. Alat kecil diletakan dalam liang telinga, kemudian suara seperti denyut diberikan dan respon gema dari sel rambut luar di telinga dalam diukur. Pengukuran ini direkam oleh komputer. Pengukuran normal menunjukan fungsi sel rambut luar yang sehat dan merefleksikan pendengaran yang normal, meskipun pada beberapa kasus gangguan pendengaran dapat disebabkan masalah di bagian lain sistem pendengaran.

ABR atau OAE digunakan untuk pemeriksaan penyaring (tes skrining) bayi baru lahir. Jika bayi gagal melewati tes tersebut maka tes diulang. Jika masih gagal maka bayi dirujuk untuk tes pendengaran secara lengkap.

Tympanometry

Tympanometry (timpanometri) bukan tes pendengaran tetapi prosedur yang dapat menunjukan seberapa baik gerakan gendang telinga saat suara yang lembut dan tekanan udara diberikan di liang telinga. Sangat menolong dalam menilai masalah di telinga tengah seperti cairan di telinga tengah.

Timpanogram adalah gambaran grafik dari timpanometri. Garis datar pada timpanogram mengindikasikan gendang telinga tidak mudah bergerak, sementara gambaran paku menunjukan bahwa gendang telinga berfungsi normal. Pemeriksaan visual keadaan gendang telinga harus dilakukan bersamaan dengan timpanometri.

Siapa yang melakukan tes pendengaran? 

Audiologis anak dengan spesialisasi dalam evaluasi dan membantu anak dengan gangguan pendengaran dan bekerja dengan dokter, edukator, dan terapis bicara.

Terapi untuk gangguan pendengaran 

Alat bantu dengar adalah tata laksana non-medis utama bagi gangguan pendengaran. Tipe paling sering adalah gangguan fungsi sel rambut luar; alat bantu dengan membantu amplifikasi suara untuk mengatasi masalah ini. Komponen dasar alat bantu dengar adalah mikrofon, penguat suara, dan penerima (receiver). Beberapa rangkaian memodifikasi alat bantu dengar membuat suara semakin keras.

Terdapat beberapa bentuk alat bantu dengar. Ada yang menempel di telinga. Beberapa alat bantu dengar khusus ditempelkan pada tulang tengkorak untuk mengirimkan gelombang langsung ke kokhlea dan dapat digunakan pada tuli konduktif yang tidak bisa dengan alat bantu dengar standar. Pemilihan alat bantu dengar sesuai dengan kebutuhan individual anak.

Implan kokhlea tidak mengembalikan pendengaran tetapi mentransmisikan informasi suara langsung ke saraf pendengaran. Ditujukan pada anak dengan gangguan pendengaran berat yang tidak mendapat manfaat dari alat bantu dengar.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar