Pemeriksaan Pendengaran pada Bayi dan Anak




Berbeda dengan orang dewasa, pemeriksaan pendengaran pada bayi harus disesuaikan dengan usia, perkembangan, ataupun status kesehatannya. Pemeriksaan perilaku merupakan bentuk pemeriksaan pendengaran yang bersifat observasi dan subyektif. Dilakukan dengan memberikan stimulus bunyi dalam bentuk nada murni (frekuensi suara tertentu yang berbeda-beda), bisa juga berupa kata-kata atau ucapan.
Respons atau reaksi yang diberikan oleh bayi  dipengaruhi oleh usia saat itu.
Bisa berupa gerakan mata (pada bayi), menolehkan kepala (pada batita), gerakan memindahkan mainan (anak prasekolah), hingga mengangkat tangan (pada anak yang sudah bersekolah).
Diperlukan pengalaman yang cukup untuk mengobservasi respons tersebut agar dapat dibedakan dengan gerakan mata atau kepala yang tidak sengaja/bukan merupakan respons terhadap bunyi. Pemeriksaan ini harus dilakukan di ruangan yang tenang, dan pada saat pemeriksaan bayi sedang menganu, biasanya tidak lama setelah bayi minum.
Sumber bunyi adalah suatu alat yang dapat menghasilkan bunyi nada tunggal yang dapat diatur frekuensi dan kekerasannya; alat tsb dikenal sebagai audiometer. Sumber bunyi juga dapat diberikan melalui suatu alat portabel yang juga menghasilkan bunyi nada tunggal yang telah dikalibrasi.

Usia kurang 6 bulan
Respons atau reaksi bayi terhadap bunyi dapat berupa reaksi terkejut/kaget, mengejapkankan mata, mengerutkan wajah, berhenti menghisap ketika sedang menyusui

Usia lebih dari 6 bulan
Reaksi yang terjadi dapat berupa menggerakkan bola mata atau menoleh ke arah sumber bunyi. Aktifitas motorik  tersebut dapat dilakukan bayi karena pada saat usia 6 bulan atau lebih kemampuan dan koordinasi otot telah cukup kuat untuk melokalisir asalnya bunyi.
Untuk anak-anak yang lebih besar dapat dilakukan pemeriksaan pendengaran yang reaksinya merupakan aktifitas permainan (play audiometry)
Untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang lebih akurat dan obyektif  dipergunakan pemeriksaan pendengaran yang bersifat elektrofisiologik yang memiliki nilai sensitifitas tinggi. Tentu saja pemeriksaan tsb harus bersifat otomatis,cepat dan  praktis dan tidak menyebabkan rasa sakit (non invasif).

Pemeriksaan Otoacoustic Emissions (OAE)
Pemeriksaan OAE bermaksud menentukan sehat tidaknya rumah siput (cochlea) yang terletak di telinga dalam. Rumah siput berperan sebagai sensor bunyi dari luar. Pemeriksaan ini sudah dapat dilakukan  pada bayi baru lahir atau setidaknya pada usia 2 hari (sebelum meninggalkan rumah sakit). Kondisi ideal untuk pemeriksaan adalah bayi sedang tidur dan ruangan cukup tenang. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan semacam sumbat liang telinga dari bahan karet yang terhubung dengan sistem berbasis komputer. Hasil pemeriksaan OAE bisa langsung dicetak (print out) karena alat ini dilengkapi dengan printer mini. Pada kertas print out akan terbaca tulisan PASS – artinya rumah siput berfungsi baik- atau REFER bila rumah siput mengalami gangguan.
Hasil pemeriksaan OAE tidak menyatakan pendengaran normal atau tidak normal

Pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR)
Lebih populer dengan istilah BERA( Brainstem Evoked Response Audiometry). Pemeriksaan ini relatif lebih rumit karena pada kulit kepala akan ditempelkan kabel elektroda yang akan merekam respons listrik saraf pendengaran dan batang otak (brainstem) bila menerima stimulus bunyi. Karena arus listrik yang direkam sangat kecil ( milivolt), selama pemeriksaan bayi/anak tidak boleh bergerak sehingga perlu diberikan obat penenang yang masa kerjanya singkat.

Untuk mencegah efek samping yang tidak diinginkan dari pemberian obat tersebut, kondisi bayi/anak harus tidak sedang pilek, demam  atau batuk. Pemeriksaan BERA konvensional memiliki keterbatasan dalam hal frekuensi yang lebih terbatas. Sedangkan  untuk memperoleh hasil pemeriksaan yang lengkap harus diketahui respons pada masing masing frekuensi sehingga diperlukan pemeriksaan BERA yang lebih lengkap (Tone burst BERA) atau pemeriksaan ASSR (Auditory Steady State Response)

Saat ini  juga sudah tersedia pemeriksaan BERA otomatis yang tidak terlalu sulit dalam menginterpretasikan hasilnya namun alat tsb memiliki keterbatasan dalam kekerasan bunyi yang dihasilkan sehingga tidak dapat digunakan mendeteksi gangguan pendengaran yang lebih berat.

Pemeriksaan Auditory Steady State Response (ASSR)
Pemeriksaan ini mirip dengan pemeriksaan BERA, namun dapat dilakukan simultan pada kedua telinga dan pada masing masing telinga sekaligus diperiksa 4 frekuensi. Keuntungan pemeriksaan ini adalah memberikan informasi yang lebih lengkap tentang ambang dengar pada masing masing frekuensi.

Pemeriksaan Timpanometri
Bertujuan menentukan kondisi ruang telinga tengah (di sisi sebelah dalam gendang telinga).
Ruangan telinga tengah ini berhubungan dengan bagian belakang rongga  hidung dan atap tenggorok ; sehingga bila terjadi gangguan pada kedua bagian tersebut sangat mungkin diikuti oleh gangguan pada ruang telinga tengah, misalnya terbentuk cairan di dalam ruangan tersebut.
Pada bayi yang lebih besar usianya, pemeriksaan timpanometri harus dilakukan sebelum pemeriksaan OAE. Bila terjadi kelainan pada pemeriksaan timpanometri sebaiknya tidak dilanjutkan dengan pemeriksaan OAE( ditunda dulu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar